IKHLAS SAAT HARAPAN TIDAK SESUAI KENYATAAN
OLEH: FIRLY SYAHIRA SIHOMBING
بسم اللہ الرحمن الرحيم
Setiap manusia pasti memiliki harapan untuk kehidupannya. Untuk mencapai harapan tersebut, tentu saja manusia harus berusaha dan berdoa semaksimal mungkin kepada Allah Subhanahu wata'ala. Namun terkadang segala yang diharapkan oleh manusia tidak sepenuhnya sesuai dengan kenyataan.
Ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, maka kita harus berprasangka baik (husnudzon) kepada Allah, karena Allah mengetahui apa yang terbaik untuk para hamba-Nya.
HARAPAN DAN HIDUP
Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia pasti pernah mengalami kegagalan. Kegagalan dapat dikatakan sebagai sebuah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Kegagalan yang dialami manusia, kemungkinan akan membuatnya merasakan dua hal, yaitu ada yang putus asa dan ada pula yang bangkit untuk lebih ikhtiar lagi, tergantung bagaimana masing-masing manusia menyikapinya. Ketika menghadapi situasi yang dipenuhi dengan kesedihan, seperti saat harapan tidak sesuai dengan kenyataan memang tidak mudah bagi kita sebagai manusia untuk menghadapinya dengan tegar.
Namun, bukan berarti harus berlarut di dalamnya dan jangan sampai membuat kita berhenti dalam berusaha. Allah Subhanahu wata'ala. sudah menetapkan takdir kepada masing-masing manusia maka tugas kita harus ikhtiar, doa, dan tawakal kepada Allah. Sebagai umat Islam, sebaiknya kita harus yakin dengan takdir yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata'ala. karena takdir Allah itu indah, tetapi tergantung bagaimana cara kita memandang dan memahaminya. Jadi, kewajiban kita sebagai manusia harus berusaha dan berdoa karena kesuksesan itu bukan milik manusia, tetapi kesuksesan itu milik Allah. Bisa saja sesuatu yang kita dambakan atau inginkan tetapi itu tidak baik untuk kita dan bisa saja sesuatu yang tidak kita inginkan itu baik untuk hidup kita. Sebagaimanal firman Allah Subhanahu wata'ala dalam QS. Al- baqarah (2):216.
كتب عليكم القتال وهو كرة لكم وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن تحبوا شيئا وهو شر لكم " والله يعلم وأنتم لا تعلمون
Artinya:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu: Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Berdasarkan ayat tersebut, maka dipahami bahwa berperang itu sesuatu yang dibenci oleh manusia karena berperang dapat membuat nyawa hilang, harta habis, dan lain sebagainya. Akan tetapi, Allah berkata "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu"
Jadi, jika manusia sudah berusaha tetapi hasil tidak sesuai harapan, maka manusia harus yakin InSyaa Allah yang hasil yang diterima ini adalah jalan yang terbaik. Berapa banyak hal-hal yang di inginkan dan diharapkan yang menurut kita baik, namun bisa saja hal itu berbahaya bagi diri kita. Banyak pula manusia yang berharap kepada Allah, namun Allah memberikan jalan yang lain. Perlu diketahui, segala sesuatu yang dialami itu akan terjawabkan di masa yang akan datang.
IKLASH PADA TAKDIR YANG DIBERIKAN ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA
Maka dari itu, belajarlah untuk ikhlas dalam menerima takdir yang diberikan oleh Allah karena keikhlasan sebagai alternatif untuk mengantarkan manusia kepada kesuksesan. Ikhlas merupakan salah satu akhlakul mahmudah yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Ikhlas dapat diartikan sebagai kesucian hati yang mencerminkan suatu sikap merelakan sesuatu yang dianggap paling baik dengan harapan mendapatkan keridhaan Allah. Ikhlas lillahita'ala harus ditanamkan dalam diri setiap muslim. Walaupun tidak mudah, namun ikhlas bisa dilakukan apabila mau belajar dari pengalaman yang ada. Allah berfirman dalam QS. Al-A'raf (7): 29.
وادعوه مخلصين له الدين " كما تداكم تعودون
Artinya:
"Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)"
Adapun tiga komponen penting agar bisa belajar untuk ikhlas terhadap kenyataan, antara lain: 1. Husnudzon yang disertai keyakinan kepada Allah sebagai umat Islam kita harus berbaik sangka kepada Allah dengan meyakini takdir yang sudah Allah tetapkan, bahwa kenyataan yang dialami mengandung kebaikan dan Allah tidak mungkin menzholimi hamba-Nya. Berprasangka baik itu sangat penting karena Allah akan berbuat sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
2. Bersyukur atas apa yang diberikan Allah sebagai umat Islam kita harus pandai dalam bersyukur. Segala kenyataan yang kurang menyenangkan jika disikapi dengan cara bersyukur, maka akan membuat diri merasa tenang dan tidak tertekan. Senantiasa bersyukur dan menghargai usaha-usaha yang telah dilakukan, serta mengambil pelajaran berharga dari segala hal yang terjadi.
3. Berdoa untuk memohon pertolongan Allah Subhanahu wata'ala. Sebagai umat Islam kita wajib memohon pertolongan kepada Allah agar dapat melakukan sesuatu dengan jalan terbaik. Allah mencintai hamba- nya yang senantiasa memperbaiki diri dan memohon ampunan. Dengan begitu, Allah akan mengarahkan manusia kepada jalan keberkahan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat kelak.
Dalam QS. Al-Insyirah ayat kelima dan keenam bahwa:
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan; Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan".
Maka yakinlah bahwa Allah akan memberikan kemudahan, baik itu dalam hal memudahkan diri kita saat menerima kegagalan dengan ikhlas maupun bisa saja Allah akan menjadikan kegagalan sebagai jalan kesuksesan bagi kita.