Minggu, 13 Mei 2018

KAYA dengan METODE SCORPION?


What do you think about scorpion?
Akhir-akhir ini kalajengking menjadi buah bibir yang menarik untuk di perbincangkan, selain unik juga mengundang canda tawa. Kenapa demikian? Bayangkan saja hewan yang sangat mematikan ini ternyata memiliki harga nilai jual yang tinggi. Racun yang dimiliki oleh hewan yang satu ini menjadi sorotan dunia. Really? WHY?
Saya mendapat informasi bahwasanya harga per liter racun Kalajengking mencapai USD 10,5 juta, artinya Rp 145 miliar. Sebagaimana yang telah disampaikan Bapak Jokowi dalam pidatonya di Musrenmbangnas, senin (30/4). (sumber: detik.com).

Alih-alih untuk menjadi kaya, benarkah harus mencari kalajengking di sisa usia yang ada? Dimanakah kekayaan alam Indonesia tersembunyi? Dimanakah emas yang setiap tahunnya mampu menghasilkan 10 ton emas, dan menjadi salah satu penghasil emas terbanyak di Dunia? Dimanakah hasil tembakau Indonesia yang merupakan tembakau terbaik kedua setelah Kuba di Dunia? Dimana beras bersembunyi? Bukankah menurut FAO, pada tahun 2015 Indonesia mampu menghasilkan beras sebanyak 70,8 juta ton, dan menempati urutan ke tiga setelah China dan India? Dibawa kemana batubara yang Indonesia miliki sebanyak 281,7 ton ? Dimana tembaga, kakao,sawit, getah, rempah-rempah yang begitu melimpah ruah di Indonesia? Benarkah dari sekian banyaknya kekayaan alam di tanah air tidak mampu menjadikan Indonesia kaya? Atau apakah yang sebenarnya terjadi? Pantaskah kita mencari hewan mematikan yang satu ini? Haruskah kita mencarinya untuk menunjukkan bahwa Indonesia kaya? Tidak cukupkah sumber daya alam yang diberikan Sang Pencipta untuk Indonesia?
Coba renungkan! Masalah di Indonesia sudah menjalar sampai ke akar-akarnya dan kini sudah mulai menciptakan masalah baru. Apabila masyarakat Indonesia menjadi mayoritas pencari kalajengking atau peternak kalajengking, bukankah itu mnenjadi salah satu masalah besar untuk Indonesia? WHY?Bukankah mendapatkan racun kalajengking menjadikan Indonesia kaya? NO NO!. 
Beberpa waktu lalu saya mengikuti seminar kesehatan lingkungan yang diadakan oleh Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, berbincang tentang permasalahan kesehatan lingkungan di Indonesia yang sudah mendarah daging. Mulai dari polusi, urbanisasi, pengolaan air bersih, sampah dan banyak hal lainya. Saya memliki kesempatan bertanya kepada pembicara dalam seminar kali ini, yang merupakan Dekan FKM UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr.H.Arif Sumantri,SKM.,M.Kes. Karena kajengking menjadi buah bibir yang sedang terjadi di Indonesia. Saya menanyakan perihal itu kepada beliau. Sebagaimana kita tahu bahwa, andai saja kalajengking itu menjadi prioritas menjadikan Indonesia kaya, hal apa yang akan terjadi pada kesehatan lingkungan Indonesia? Bukankah masalah baru dalam bidang kesehatan lingkungan di Indonesia akan semakin marak? Lantas Prof.Dr.H.Arif Sumantri,.SKM.,M.Kes mengatakan”untuk menjadikan Indonesia kaya atau ingin menaikkan ekonomi Indonesia tidak perlu memakai kalajengking, kita punya kekayaan alam. Punya pohon yang menghasilkan duit, jadi menurut saya itu adalah hal yang keliru”. Sudah jelas, tidak perlu mencari perihal lain untuk menaikkan ekonomi Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan alam yang tak terbatas, hanya saja perlu perbaikan dalam pengolahan untuk mendongkraknya dan perlu juga diketahui untuk apa racun kalajengking itu diperoleh? Sebagai mahasiswa atau pun masyarakat Indonesia harus berpikir cerdas dan kritis.
Dari laman kontan.co.id saya mendapat informasi bahwasanya kalajengking dapat menghilangkan rasa sakit,mencegah kegagalan transplantasi jantung, obat penyakit lupus, obat rematik,cegah malaria, menghilangkan tumor, dan menjadi pestisida alami. Itulah beberapa hal yang menjadi manfaat hewan mematikan ini. Sama sekali tidak sebanding manfaatnya dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia. Tahukah anda cara menghilangkan rasa sakit? Cukup dengan membaca ayat-ayat Allah. Fakta membuktikan ketika membaca, menyuarakan dan mendengarkan ayat Al-Qur’an ada 3 jenis saraf dalam tubuh yang diaktifkan. (disampaikan padaInternational Conference on Cross Cultural Collaboration in Nursing For Sustainabile Devolepment di Bangkok, Thailan pada 9-10 September 2013 lalu). Bila kalajengking menjadi pencegah malaria, apa gunanya kebijakan yang dilakukan tentang 3M yang selama ini menjadi upaya untuk mencegah malaria. Apabila racun kalajengking menjadi obat rematik, tahukah anda jika rempah-rempah melimpah ruah di tanah air menjadi obat paling ampuh untuk mengatasinya. Lebih luar biasanya lagi, obat paling ampuh yang kita miliki adalah Al-Qur’an sebagaimana firman Allah “Al-Qur’an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. 41: 44). Tidak hanya Al-Qur’an kita juga memiliki petunjuk dari Baginda Rasulullah dengan mengikuti metode hidup sehatnya. Dengan mengonsumsi madu, kurma, habbatussaudah, manna dan salwa, zaitun dan rempah-rempah yang kita miliki di tanah air seperti bawang putih, bawang merah,gandum,kemangi,jaehe dan lainnya. Rasulullah SAW bersabda “Hendaklah kalian menggunakan dua terapi penyembuhan penyakit, yaitu dengan madu dan Al-Qur’an”. Al-Qur’an dan As Sunnah menjadi bukti bahwa setiap penyakit ada penyembuhnya di dalam Kitab suci Al-Qur’an.

Nah, masih maukah anda terjebak oleh kebijkan yang disampaikan?. Menjadi masyarakat atau pun mahasiswa seperti saya, perlulah kita berpikir kritis setiap kebijakan yang disampaikan oleh petinggi Negara. Jangan langsung memberi lampu hijau atas apa yang dipaparkan. Ini jugalah yang menjadi salah satu pesan yang disampaikan oleh Prof.Dr.H.Arif Sumantri,.SKM.,M.Kes untuk tidak menerima begitu saja dengan tangan terbuka perihal kebijakan yang ada. Bayangkan saja kalkulator perihal kalajengking ini bila terlakasana. 1 ekor kalajengking hanya mencapai 0,5 mg racun, artinya untuk mendapatkan 1gr racunnya perlu 2000 kalajengking. Itu baru 1gr. Jika ingin kaya dan mendapatkan Rp 145 miliar perlu 18,600 kalajengking per liternya. Ayo?? Siapa yang siap untuk menjadi kaya dengan metode scorpion? Siapa yang siap menghabiskan waktunya untuk mencari atau menternakkan hewan mematikan ini? Adakah yang bersedia menjadi kaya dengan metode scorpion? Bukankah ada Sang Maha Kaya untuk bisa meminta segalanya?? Bukankah Dia Sang Rabbul Alamin pemilik sejagat raya ? Bukankah ada ikhtiar yang bisa dilakukan dengan nikmat alam yang diberi oleh-Nya?  tidak cukupkah nikmat yang diberi oleh-Nya untuk Indonesia? Bukankah ada doa yang bisa menembus langit dan mampu mempermudah segalanya? So, janganlah berputus harapan seolah bumi Indonesia tidak memlilki sumber alam yang bisa menghasilkan. Indonesia sangat kaya dengan alam yang terbentang luas seperti yang sudah saya paparkan sebelumnya. Yang perlu diperhatikan untuk menaikkan ekonomi Indonesia adalah pengolahan sda dan sdm yang ada. Tidak perlu mempermudah pekerja asing untuk menguasai lapangan pekerjaan yang seharusnya menjadi hak masyarakat Indonesia. Perlu diadakannya sistem perbaikan ekspor dan impor yang telah terlaksana.
Menjadi mahasiswa ataupun masyarakat harus jeli dengan persoalan yang terjadi di tanah air. Janganlah merasa acuh terhadap masalah yang ada. Untuk menjadikan Indonesia sejahtera dan bebas dari utang Negara perlu kesadaran dan peran kita menjadi warga Indonesia. Suara atau partisipasi mahasiswa dan masyarakat Indonesia perlu didengar oleh Petinggi Negara. Jika suatu kebijakan telah disampaikan oleh mereka, artinya mereka siap untuk menerima sanggahan dari masyarakatnya. Racun kalajengking bukanlah solusi untuk menjadikan kita kaya, bukan pula kebijakan yang tepat untuk menaikkan ekonomi bangsa. Indonesia sudah memiliki kekayaan alam yang luar biasa, baik flora dan fauna unik dan menarik perhatian Dunia. Lantas janganlah lupakan apa yang telah diberikan oleh-Nya. Mari bersama menjaga dan mengelola apa yang telah diamanahkan Oleh-Ny yang demikan adalah hal yang lebih baik dari pada sekedar mencari racun kalajengking.







(Anggi Kurnia Adha Harahap/FKM UINSU/II)

Tidak ada komentar:

MAKNA SYUKUR DAN SABAR

  Oleh : Jihan Nabila Luqiana   Apa yang terlintas di benak kita tentang makna syukur? Apakah dikatakan bersyukur jika sesuatu yang dikabu...