Selasa, 13 Desember 2022

PRINSIP AKIDAH MUSLIM TERKAIT PERAYAAN AGAMA LAIN

 

PRINSIP AKIDAH MUSLIM TERKAIT PERAYAAN AGAMA LAIN


Oleh : Aryo Pratama



لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ


"Untukmu agamamu dan untukku agamaku" (QS. Al-Kafirun: 6)


PRINSIP AL-WALA' WA AL-BARA'


Di momen akhir tahun ini, banyak kaum muslimin yang goyah pendiriannya dan tak paham akan prinsip akidah sehingga mengucapkan dan bahkan mengikuti perayaan agama lain. Nasihat bijak dari Imam Al-Mujaddid, Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah. Beliau mengatakan dalam kitabnya Tsalatsah Al- Ushul:


أَنَّ مَن أَطَاعَ الرَّسُولَ وَوَجَّدَ اللَّهَ لا يَجُوزُ لَهُ مُوَالَاةُ مَن حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولُهُ وَلَو كَانَ أَقرَبَ قَرِيبٍ


Artinya "Barangsiapa yang menaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan mentauhid kan Allah, maka tidak boleh baginya untuk berwala' (berkasih sayang) kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun ia adalah kerabat dekatnya."


Contoh penerapan prinsip al-wala' dan al-bara' adalah tidak tasyabbuh dengan non-muslim, tidak meniru-niru gaya dan peribadatan non-muslim.


Para ulama tidak memperbolehkan untuk mengucapkan selamat bagi perayaan agama lain. Mendasari hukumnya pada firman Allah di dalam surat Al-Furqan ayat 72, "Dan orang- orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang- orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yg tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya."


Pada ayat tersebut, Allah subhanahu wa ta'ala menjanjikan bagi orang yang tidak memberikan kesaksian palsu dengan martabat yang tinggi di surga. Sedangkan, apabila muslim selamat mengucapkan atas perayaan agama lain berarti dia telah memberikan kesaksian palsu dan membenarkan keyakinan agama itu.


SAHABAT MUSLIM, HATI-HATI TASYABBUH!


Selain itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 

من تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ


"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka"

(HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho' 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus.


Pada hadits tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mewanti-wanti umat Islam terhadap perbuatan tasyabbuh terhadap non- muslim. Tasyabbuh memiliki faidah perbuatan yang dilakukan sedikit demi sedikit, yang awalnya barangkali ia merasa terpaksa/ikut- ikutan dengan perbuatan tersebutsampai kemudian ia menurut dan terbiasa mengerjakannya.


Dengan kata lain, siapa saja menyerupai suatu kaum maka ia lama kelamaan akan tunduk kepada mereka. Oleh sebab itu, hendaknya seorang muslim tidak bermudah-mudahan dalam perbuatan melakukan yang menyerupai orang non- muslim, sebab ia merupakan pintu menuju ketundukan kepada mereka. Sehingga, sikap tegas dengan kaidah saddud dzari'ah (menutup pintu keburukan) merupakan suatu kaidah yang tepat dalam kasus ini agar akidah kita tidak tergoyahkan akibat ikut- ikutan mengucapkan atau untuk mempertingati hari perayaan agama.

Hukum ucapan tersebut di haramkan secara tegas oleh para ulama terutama ulama yang kontemporer seperti: Ibn Baz, Ibnu Utsaimin, Buya Hamka (Abdul Malik Karim Amrullah), Buya Yahya (Habib Yahya Zainul Ma'arif), Ibrahim bin Ja'far, Ja'far At- Thalhawi, Khalid Basalamah, Abdul Somad, Adi Hidayat, dan lain sebagainya.


Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:


وَأَمَّا التَّهْنِئَةُ يَشِعَائِرِ الكُفْرِ المختصةِ بِهِ فَحَرَامٌ بالاتفاقِ


"Adapun memberi ucapan selamat pada syi'ar-syi'ar kekufuran yang khusus bagi orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma' (ke- lain. sepakatan) para ulama."


(Ahkam Ahli Adz Dzimmah, hlm. 154).


-From Dakwah to Ukhuwah-

Tidak ada komentar:

MAKNA SYUKUR DAN SABAR

  Oleh : Jihan Nabila Luqiana   Apa yang terlintas di benak kita tentang makna syukur? Apakah dikatakan bersyukur jika sesuatu yang dikabu...