KUALITAS DIRI ITU PENTING, KENAPA..?
...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-mujadilah: 11)
Mari kita hitung-hitung
sudah berapa waktu yang dilalui dalam hitungan detik, jam, hari, bulan, dan
tahun. Sudahkah dilewati dengan kualitas? Apakah hanya sekedar menjalani saja
tanpa membuat bekas apa-apa? Apalagi jawaban kita bila ada pertanyaan sudah
punya karya apa?Pembaca
muda mulia, semoga selalu dirahmati Allah, tidak banyak yang memiliki kesadaran
akan diri sendiri, tidak banyak pula yang memahami bahwa waktu muda takkan terulang lagi.
Jikapun ada yang paham, tidak sedikit dari mereka yang berasumsi tentang masa
muda yang seharusnya dihabiskan untuk dinikmati dalam artian bersenang-senang.
Jikapun dentangan
waktu berlalu harusnya itu menambah keakraban diri dengan hal-hal yang membuat
perkembangan. Semakin mendewasa misalnya. Namun ada beberapa cara untuk membangun
diri menjadi pribadi yang berkualitas.
1.
Ilmu
Seringkali kita termakan asumsi bahwa
ilmu dan pengetahuan hanya ada di buku. Ya memang benar begitu. Jadi kenapa
masih malas membaca? Ada juga pemahaman bahwa semakin tinggi pendidikannya maka
semakin baik pula pengetahuannya. Iya memang benar. Tapi tidak selalu begitu.Seorang pelajar sejati tahu bahwa mendapatkan
pelajaran itu bisa darimana saja. Kita belajar dari buku, bisa berupa buku yang kita baca dan buku
yang kita lihat. Dan bisa juga belajar dari guru yaitu mereka yang berpengetahuan banyak atau bahkan guru-guru yang
tak berpendidikan sama sekali. Ilmu itu bukan sekedar teori, tapi juga
merupakan
hikmah. Dan jangan dilupakan bahwa ilmu menuntun kita melakukan
apapun dan saat mengerjakan sesuatu harus bersandar pada ilmu.
"Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan
dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya
dan barangsiapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah
ia mengetahui ilmunya pula dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya,
wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan
Muslim)
2.
Kepribadian
Carilah sosok seperti apa yang kita inginkan.
Kita mau jadi apa?
Apakah hanya ingin menjadi seorang yang mengalir seperti air saja? Atau seorang yang tegar sekuat batu karang? Dan lain-lain
yang secara prinsipil kita yakini kepribadian seperti itu baik bagi Allah, bagi
kita, dan bagi orang-orang yang berada di sekeliling kita.
“Kebaikan adalah akhlak yang baik,
dan keburukan adalah sesuatu yang mengganjal di dadamu (hatimu), dan kamu tidak
suka jika orang lain mengetahuinya.” (HR.
Muslim)
Mulailah
sadarkan diri bahwa hidup ini tidak bisa begini-begini saja. Bentuk prinsip dan
cetak sedemikian rupa secara fisik. Bentuknya akan tampak jelas dari perilaku.
Namun hal ini pasti sangat dipengaruhi oleh ilmu. Dan lagi-lagi, kualitas diri
adalah dari apa yang tak tampak dan apa yang tampak.
1.
Pergaulan
Seperti apapun kondisi kita, kita
tetaplah butuh orang lain untuk melakukan beberapa hal. Tak bisa dipungkiri karena ada banyak hal yang
tak bisa kita kerjakan sendiri. Mari sadari kembali untuk berteman dengan
orang-orang baik sebagaimana sabda nabi,
“Permisalan teman yang baik dengan
teman yang buruk adalah ibarat penjual minyak kasturi dan pandai besi. Si
penjual minyak kasturi bisa jadi akan memberimu minyaknya tersebut atau engkau
bisa membeli darinya, dan kalaupun tidak, maka minimal engkau akan tetap
mendapatkan aroma harum darinya. Sedangkan si pandai besi, maka bisa jadi
(percikan apinya) akan membakar pakaianmu, kalaupun tidak maka engkau akan
tetap mendapatkan bau (asap) yang tidak enak.” (HR. al-Bukhari no. 5534, Muslim no.
2628).
Dan bukan berarti pula menutup pintu pergaulan dengan mereka
yang kita anggap kurang baik, karena bisa jadi kebaikan mereka lebih banyak
daripada kita.
Bergaul boleh kepada siapa saja tapi
kita harus ingat untuk tetap berada di dalam koridor kebaikan. Yang baik
menurut Allah selalu menjadi kebaikan di sisi kita.
3
|
2.
Tujuan hidup
Jangan mau menjadi biasa-biasa saja.
Terbang dan melejitlah tinggi-tinggi. Tak perlu khawatirkan rasa sakit. Karena
bagaimanapun dalam
hidup ini tak ada namanya pembelajaran jika tanpa rasa sakit, sedih, dan duka.
Tidak usah mencemaskan tentang apa yang akan terjadi nanti. Kita hanya perlu
berusaha dan berdoa untuk menyemangati cita-cita.
Tentunya jangan lupakan bahwa tujuan
hidup kita adalah untuk beribadah kepada Allah. Apapun keinginan kita akan
menjadi lebih mudah saat kita libat Allah.
“Sabarkanlah dirimu
bersama orang-orang yang berdoa kepada Allah, pada waktu pagi dan petang, (yang
mereka itu) menginginkan wajah-Nya.” (QS. Al-Kahfi/18: 28)
3.
Karya dan Prestasi
Kita punya kesenangan hidup itu boleh saja. Melakukan ini dan itu untuk
menumbuh-kembangkan potensi yang ada pada diri. Mari sadari bahwa masa muda
adalah saat produktivitas. Kita harus melihat orang-orang yang diusia segini, mereka udah begini! Nah, kita udah ngapain aja? Prestasinya
apa aja? Mari sadari dan buatlah sejarah yang baik-baik di sisa-sisa usia kita.
“Tidak
akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya
tentang lima
perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal
apa (hartanya tersebut) ia belanjakan dan apa saja yang telah ia perbuat dari
ilmu yang dimilikinya.” (HR. ath-Thirmidzi no. 2416)
Apa peduliku dengan dunia?!
Tidaklah aku hidup di dunia ini melainkan seperti seorang pengembara yang
berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu pengembara tersebut pergi
meninggalkannya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2377).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar