Senin, 14 Mei 2018

Rumah itu.... (Part 1)

Pengumuman kelulusan telah tersebar luas ke penjuru sekolah, semua siswa kelas tiga bersorak riang kegirangan mendengar berita yang sudah di tunggu-tunggu itu. Begitu juga aliya, lafaz syukur tak pernah berhenti keluar dari mulutnya yang mungil, bibir merah nan indah tampak tersenyum sumringah. Ketika ia membuka selembar surat yang diberikan oleh wali kelasnya, dia tak langsung membaca isi surat itu, namun ia hanya mencari tulisan tertebal diantara tulisan-tulisan yang lainnya.
Dan disanalah ia menemukan tulisan yang dianggapnya tertebal itu, ia pun membacanya dengan fasih, LULUS. “Alhamdulillah aku lulus,” katanya. Ucapan rasa syukur terus terlafazkan dalam hati, fikiran, serta jiwanya. Bagaimana tidak, semua kerja kerasnya selama tiga tahun telah terbayar sudah dengan hasil yang sangat memuaskan.
Dengan tergopoh-gopoh ia berlari menuju rumahnya yang lokasinya tak jauh dari sekolahnya itu. Sesampainya dirumah dipeluk erat tubuh ibunya yang sangat ia cintai sambil mengatakan
“Terimakasih Ibu, Alhamdulillah anakmu lulus”. 
Ibunya tersenyum sambil mengatakan
“Selamat ya Nak”. Dibalas pelukan hangat itu dengan menambahkan kecupan di kening anaknya yang tingginya sudah berada jauh diatas Ibunya.
Disaat malam hari, ketika semua orang sudah terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba terlintas dipikirannya. Keinginan itu, yap “Mondok di Pondok Pesantren”. Keinginan yang sudah lama ia idam-idamkan, “Apa mungkin ya? Aku kan sudah tamat SMA...” Ia menggerutu sendiri akan hal itu.
Kreeek.. pintu kamarnya terbuka Ibunya datang menghampirinya.
Seketika lamunannya pun buyar.
“Belum tidur Nak?” Ibunya berkata.
Ia terperanjat, kaget, melihat ibunya yang sudah berada di sampingnya. Ia tidak menyadari bahwa sedari tadi Ibunya sudah mengetuk pintu dan sesekali memanggil namanya dengan lembut. Dielusnya pelan puncak kepala anaknya itu.
“Mikirin apa sih Nak?” Ibunya bertanya.
Aliya terdiam sejenak.
“Ehmm ini mah, tiba-tiba aliya pengen mondok mah,” katanya pelan.
“Ehm soal itu, ini pasti soal keinginanmu yang tidak Mamah izinkan tiga tahun yang lalu kan Nak?”. Aliya mengangguk pelan. Ibunya menarik nafas panjang…
“Hmm.. Mamah minta maaf  ya Nak, Mamah gak izinin kamu waktu itu, Mamah belum bisa pisah dari Aliya, Mamah gak bisa jauh dari Aliya, Mamah juga merasa kamu masih sangat kecil waktu itu, Mamah takut kamu gak kuat”. Kata Ibunya sambil memukul lembut pundak anaknya itu.
“Iya mah gak papa kok, nyatanya sekarang Aliya juga sudah lulus, dan Alhamdulillah Aliya juga sudah diterima di Universitas yang Aliya inginkan,” kata Aliya yang mencoba untuk menguatkan.
“Terima Kasih ya Nak,” kata Ibunya sambil memeluk tubuh anaknya dengan erat.
“Ahh Mamahku sayang,” dibalas pelukan hangat itu oleh anaknya yang kini masih dianggap kecil oleh Ibunya itu.
Dalam pelukan hangat itu, Ibunya berkata:
“Nak kata teman Mamah di Universitas yang kamu tuju itu ada asramanya loh Nak. “Serius Mamah?” Tanya Aliya dengan penuh semangat.
“Iya Nak, rencananya Mamah mau masukin ke Asrama itu, supaya ada yang jagain kamu” balas Ibunya.
“Aliya sih mau-mau aja Mah,” kata Aliya antusias.
“Kata teman Mamah Asrama kampus itu rada-rada semi pesantren gitu, ada kelas hafalan, bahasa Inggris dan Arabnya juga, kalo Aliya mau biar Mamah kasih tau Papah, esok kita kesana sambil liat-liat kampus baru kamu,” seru Ibunya.
“Yaudah Mah Aliya mau” kata Aliya.
“Yaudah sekarang kamu cepat tidur, esok pagi kita sama-sama berangkat kesana,” Ibunya menyeru sambil menarikkan selimut sampai pundak anaknya.
“Ok Mah” kata Aliya. Ibunya berlalu keluar, mematikan lampu kemudian menutup pintu kamar anaknya rapat.
Aliya yang tinggal sendiri di kamar senyum-senyum sendiri sambil tak sabar menunggu hari esok.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Aliya dan keluarganya sudah bersiap menuju ke Kota untuk menuju ke kampus yang akan dimasukinya nanti. Setelah berkeliling-keliling disekitaran kampus, Aliya menemukan gedung yang tampak dari luarnya kelihatan kusam, gersang, pagarnya reot. Aliya pun bertanya kepada Ibunya.
“Ini gedung apa Mah?’
“Ini asrama kamu loh Nak… Inilah tempat tinggalmu nanti disini disini,” jawab Ibunya.
Aliya tercengang, dalam hatinya berkata “yakin aku tinggal disini?”
Aliya dan Ibunya terus berjalan, memasuki gerbang, hingga ia tiba di depan pintu masuk asrama yang terbuka lebar. Di atas pintu masuk itu ada sebuah tulisan, tulisan yang tak dimengerti Aliya, tulisan yang hanya satu kata namun ia tak pernah mendengar atau melihatnya. RUSUNAWA.

Tidak ada komentar:

MAKNA SYUKUR DAN SABAR

  Oleh : Jihan Nabila Luqiana   Apa yang terlintas di benak kita tentang makna syukur? Apakah dikatakan bersyukur jika sesuatu yang dikabu...